Hubungan Epos Ramayana dengan Puisi-puisi Modern Indonesia
Oleh: Rahayu Saktiningsih
PBSI L, 10201241048
Kita tentu tahu kisah atau cerita Ramayana. Ramayana merupakan kisah “perjalanan Rama”, yang berasal dari India. Pada intinya, cerita ini berkisah tentang kesetiaan. Cerita dengan mengambil tokoh Rama dan Shinta ini sangat populer, baik di India, Indonesia, maupun di negara-negara lain. Salah satu kesinambungan sastra lama dengan sastra modern adalah karya sastra lama yang merupakana transformasi dari teks lama (saduran, penciptaan kembali, dan lain-lain). ada banyak bentuk karya sastra modern yang merupakan transformasi sastra lama. Akan tetapi, kali ini kita akan membahas puisi-puisi karya sastrawan Indonesia yang berkaitan dengan cerita Ramayana, terutama yang berkaitan langsung dengan gambaran Sinta dalam puisi-puisi mereka.
Dorothea Rosa Herliany dalam puisinya “Elegi Sinta” dengan memberikan mentransformasikan kembali cerita Ramayana, dengan mengambil sudut pandang Sinta.
Elegi Sinta
aku sinta yang urung membakar diri.
demi darah suci
bagi lelaki paling pengecut bernama rama.
lalu aku basuh tubuhku, dengan darah hitam.
agar hangat gelora cintaku.
tumbuh di padang pendakian yang paling hina.
kuburu rahwana,
dan kuminta ia menyetubuhiku nafasku
menuju kehampaan langit.
kubiarkan terbang, agar tangan yang
takut dan kalah itu tak mampu menggapaiku.
siapa bilang cintaku putih? mungkin abu,
atau bahkan segelap hidupku.
tapi dengarlah ringkikku yang indah.
mengosongkan segala yang keramat dan abadi.
kuraih hidupku, tidak dalam api
rumah bagi para pendosa.
tapi dalam kesunyian yang siasia dan papa.
agar sejarah terpisah dari para penakut
dan pendusta. rama....
aku sinta yang urung membakar diri.
demi darah suci
bagi lelaki paling pengecut bernama rama.
lalu aku basuh tubuhku, dengan darah hitam.
agar hangat gelora cintaku.
tumbuh di padang pendakian yang paling hina.
kuburu rahwana,
dan kuminta ia menyetubuhiku nafasku
menuju kehampaan langit.
kubiarkan terbang, agar tangan yang
takut dan kalah itu tak mampu menggapaiku.
siapa bilang cintaku putih? mungkin abu,
atau bahkan segelap hidupku.
tapi dengarlah ringkikku yang indah.
mengosongkan segala yang keramat dan abadi.
kuraih hidupku, tidak dalam api
rumah bagi para pendosa.
tapi dalam kesunyian yang siasia dan papa.
agar sejarah terpisah dari para penakut
dan pendusta. rama....
Bait pertama dalam puisi tersebut dengan jelas menggambarkan ketika Sinta membakar dirinya sendiri untuk membuktikan kepada Rama bahwa dirinya masih suci. Bait kedua menggambarkan ketika Rahawana menculik Sinta ketika berada di hutan. Dalam puisi tersebut digambarkan sisi lain dari Sinta. Terdapat aroma pemberontakan dalam puisi tersebut.
Sapardi Djoko damono dalam puisinya “Sita Sihir” juga membicarakan tentang Sinta. SDD (begitu Sapardi disapa) mentransformasikan cerita Ramayana dalam puisinya.
Sita Sihir
Terbebas juga akhirnya aku –
entah dari cakar Garuda
atau lengan Dasamuka
Sendiri,
di menara tinggi
,kusaksikan di atas:
Langit
yang tak luntur dingin-birunya:
dan di bawah:
api
yang disulut Rama –
berkobar bagai rindu abadi
“Terjunlah, Sita,” bentak-Mu,
“agar udara, air, api, dan tanah,
kembali murni.”
Tapi aku ingin juga terbebas
dari sihir Rama.
Baris pertama sampai baris ketiga merupakan gambaran ketika Dewi Sinta lepas dari penculikan Rahwana. Baris-baris selanjutnya menggambarkan kisah ketika Rama menyangsikan kesucian Sinta setelah diculik Rahwana. Sehingga, Sinta membakar dirinya sendiri untuk membuktikan bahwa ia masih suci.
Masih dengan pengambilan sudut pandang Sinta, puisi “Asmaradana” karya Subagyo Sastrowardoyo juga merupakan sastra modern yang mengambil dari karya sastra lama.
Asmaradana
Sita di tengah nyala api
tidak menyangkal
betapa indah cinta berahi
Raksasa yang melarikannya ke hutan
begitu lebat bulu jantannya
dan Sita menyerahkan diri
Dewa tak melindunginya dari neraka
tapi Sita tak merasa berlaku dosa
sekedar menurutkan naluri
Pada geliat sekarat terlompat doa
jangan juga hangus dalam api
sisa mimpi dari sanggama
Lagi-lagi, cerita tentang Sinta membakar diri untuk membuktikan kesuciannya memang menjadi bahan yang menarik. Puisi Asmaradana pun menjadi salah satu contoh transformasi sastra lama ke dalam sastra baru.
Saduran sastra lama ke dalam sastra modern sungguh bermacam-macam bentuk dan jumlahnya. Yang tersebut di atas merupakan beberapa contoh yang berkaitan dengan puisi.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus