Filsafat Ilmu
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA CALON GURU DALAM PERSPEKTIF ONTOLOGIS, EPISTIMOLOGIS, DAN AKSIOLOGIS
A. Pengertian Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis
Ontologi merupakan hakikat dari sesuatu. Dan sesuatu itu haruslah ada. Salah satu cabang dari induk filsafat ini membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu kajian tentang teori tentang ‘ada’ atau ‘eksistensi’. Dasar ontologis dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi objek telaah ilmu. Ontologis merupakan pengetahuan empiris karena objeknya adalah segala sesuatu yang masih dalam jangkauan pengalaman manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yang bisa dipersepsikan oleh panca indera kita.
Epistimologi membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam proses mencapai dan mendapatkan pengetahuan yang diharapkan. Bisa juga dikatakan bahwa epistimologi merupakan suatu teori pengantar yang mempermudah untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Dalam upaya mendapatkan pengetahuan melalui epistimologis, ada banyak model yang bisa digunakan untuk mempermudah, seperti Empirisme, Rasionalisme, Fenomenalisme, Intusionisme, dan masih banyak lagi model-model yang berkembang hingga saat ini. Epistimologi juga mengkaji tentang objek formal dan objek material ilmu, paradigma ilmu, konsep asumsi yang mendasari ilmu, persamaan substansi materi ilmu dengan tetap mengakui kedudukan dan objek kajian masing-masing ilmu.
Aksiologis berasal dari bahasa Yunani, axios yang berarti nilai dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiah aksiologi adalah teori tentang nilai. Menurut Suriasumantri (1987:234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1955:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Secara khusus kajian etika yang dimaksud adalah kajian etika dalam pengembangan ilmu ( input, proses, produk). Aksiologis membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang telah ia dapatkan.
B. Pengembangan Kepribadian Mahasiswa Calon Guru Dalam Perspektif Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis
kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas dari seseorang dan yang menentukan penyesuaina diri seseorang terhada lingkungan ( Aatkinson, 1996). Menjadi seorang mahasiswa calon guru memerlukan banyak sekali persiapan untuk menyongsong masa depan yakni sebagai seorang pendidik. Seorang pendidik dituntut harus memiliki kompetensi sebagai persyaratan untuk menjadi seorang guru yang benar-benar profesional, antara lain kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesioal, dan Kompetensi Sosial. Masing-masing kompetensi tersebut memiliki kriteria tersendiri dalam menentukan kematangan seseorang sebagai seorang calon pendidik yang profesional.
Berkaitan dengan kepribadian seorang mahasiswa calon guru dalam perspektif Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis, kita perlu membahsanya satu per satu agar tidak terjadi tumpang tindih pengertian dan penjelasan.
Ontologis berkaitan dengan hakikat ‘ada’. Dasar ontologis dari ilmu berkaitan dengan materi yang menjadi objek penelaahan ilmu. Ilmu dapat disebut sebagai pengetahuan empiris karena objeknya yang sangat luas jangkauannya, sesuai dengan kemampuan alat indera kita. Berkaitan dengan ontologis ini, mahasiswa calon guru bisa membentangkan pengetahuannya seluas mungkin, untuk kemudian disalurkan kembali kepada peserta didiknya kelak. Jadi mahasiswa tersebut tidak akan kehabisan informasi dan pengetahuan jika ia terus mengakses dan meng-update informasi dari dunia luar. Jika ia mempunyai pengetahuan yaang luas, maka rasa percaya diri yang timbul pun akan meningkat, karena ia telah mempunyai bekal. Berbeda dengan orang yang kurang meng-update informasinya, ia akan kekurangan rasa percaya diri saat berada di hadapan peserta didiknya, atau paling tidak saat ia menjalani micro teaching.
Epistimologi adalah suatu teori pengetahuan. Epistimologi juga membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam proses mencapai dan mendapatkan pengetahuan yang diharapkan. ( keilmuan). Landasan epistimologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang proses tersusunnya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan disusun melalui prose yang ddinamakan metode IlmiahHal ini sangat berhubungan erat dengan kepribadian mahasiswa calon guru, karena tugas para guru tidak hanya mengajar saja, tapi juga melakukan penelitian. Sebagai contoh adalah seorang dosen atau guru besar. Mereka menggali informasi sedalam-dalamnya melalui penelitian dan pengamatan terhadap sesuatu yang berguna bagi dunia pendidikan Indonesia. Sebagai seorang mahasisiwa hal ini sangat diperlukan untuk kebutuhan dan kesiapan menjadi seorang guru yang profesional di masa mendatang.
Dasar aksiologis ilmu membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang telah ia peroleh. Dalam kalimat ini jelas sekali bahwa mahasiswa calon guru haruslah mengetahui manfaat apa saja yang bakal ia peroleh ketika ia mempelajari ilmu tersebut. Bukan berarti ia harus menjadi mahasiswa yang perhitungan, lebih tepatnya menjadi mahasiswa yang tepat sasaran dengan apa yang sednag ia tujukan, yakni sebagai seorang pendidik yang profesional. Landasan aksiologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang penerapan hasil-hasil temuan ilmu pengetahuan. Penerapan ilmu pengetahuan dimaksudkan untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan keluhuran hidup manusia.
Dari ketiga cabang filsafat tersebut, yakni Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis, sangat berpengaruh besar terhadap pengembangan kepribadian dan kesiapan seorang mahasiswa calon guru. Berdasarkan uraian-uraian yang telah saya sampaikan di ata semoga memberi titik terang bahwa cabang filsafat juga memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan, terutama bagi mahasiswa calon guru yang profesional.~Rahayu Sakiningsih
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM. 2010. FILSAFAT ILMU, sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Sugihartono,dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Siswoyo, Dwi,dkk. 2008. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Komentar
Posting Komentar